Orang tua yang mulai memasuki masa lanjut usia sering menguji kesabaran kita. Kadang kita bingung bagaimana menghadapi sikap mereka yang aneh dan sangat sensitif. Mereka bisa saja amat tersiunggung dengan hal-hal kecil bahkan tidak kita sadari. Mereka kerap mengomel dan ngambek.
Hal tersebut cukup membingungkan karena sering kali menyebabkan konflik bagi keluarga kecil kita. Di satu sisi kita harus mengurus diri dan keluarga sendiri, di sisi lain, harus mengurus orang tua.
Barangkali, dengan memahami siklus alamiah manula, kita bisa mengerti bagaimana proses alamiah mempengaruhi sikap mereka. Dengan begitu, kita jadi lebih sabar dalam menghadapi orang tua lanjut usia.
Kurva Kehidupan
Mengacu pada klasifikasi yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia ialah mereka yang berumur 60 tahun ke atas. Mungkin kita berpikir, semakin tua seseorang seharusnya semakin bijak. Namun, rupanya, siklus hidup manusia bukan berbanding lurus atau menanjak tetapi berbentuk seperti kurva.
Artinya, manusia lahir sebagai bayi yang tak berdaya. Kemudian, tumbuh dan mencapai masa puncaknya di usia muda. Saat masuk penuaan, kondisi manusia kembali pada titik tidak berdaya baik secara fisik maupun mental.
Kenapa perilaku manula seperti anak kecil? Ini karena perkembangan mental mereka terus menurun. Hal tersebut menyebabkan lansia mudah merajuk dan selalu ingin dituruti keinginannya.
Saat memasuki usia lanjut, manusia mengalami kekosongan karena merasa ditinggalkan oleh anak-anaknya. Ditinggalkan di sini dalam arti, anak-anak sudah mandiri, menikah, dan perlu mengurus keluarganya sendiri.
Orang tua lanjut usia sering merasa kesepian. Ini bisa disebabkan oleh masa pensiun, dimana, manula terbiasa sibuk kemudian harus menjadi orang yang pasif. Selain itu, kesepian juga menyerang lansia karena anak-anaknya sibuk, pasangannya meninggal, terisolasi dari segi sosial, dan tidak memiliki teman bicara.
Kesepian tersebut semakin terasa ketika mereka tidak punya aktivitas. Lansia sering melamun untuk memikirkan anak, cucu, dan anggota keluarga lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka jadi melantur.
Perubahan Kepribadian Lansia
Kepribadian orang tua lanjuta usia bisa berubah. Tipe pertama, disebut konstruktif, yaitu lansia yang cenderung tenang dan mantap menjalani masa tuanya.
Tipe kedua, yaitu lansia yang mandiri dan terbiasa bekerja. Lansia tipe tersebut rentan mengalami post power syndrome, khususnya bagi yang tidak ada kegiatan setalah memasuki masa pensiun. Mereka tidak bahagia karena merasa kehilangan harga diri dan kehormatannya.
Tipe ketiga adalah tipe kepribadian bergantung. Lansia yang memiliki karakter seperti ini menjalani masa tuanya dengan tenang jika kehidupan keluarga selalu harmonis. Namun, mereka sering terpuruk dalam perasaan merana dan kesepian ketika pasangannya meninggal dunia. Lansia tipe semacam ini harus segera dibangkitkan dari rasa dukanya.
Tipe keempat, yaitu bermusuhan. Mereka yang berkarkater seperti ini akan selalu merasa tidak puas dengan kehidupannya sampai memasuki usia lanjut.
Tipe kelima ialah kepribadian kritik diri, yaitu cenderung menyusahkan diri sendiri. Lansia kategori tersebut sulit dibantu dan biasanya tampak sengasara.
Perilaku Lansia
Lansia memasuki siklus alamiah yang berpengaruh pada perilaku mereka. Lansia bisa menjadi orang yang apatis, pencuriga, gampang tersinggung, gampang marah, sering melamun, murung, sedih, atau bahkan malah hiperaktif.
Penurunan Daya Ingat pada Lansia
Manula akan mengalami penurunan daya ingat jangka pendek atau jangka panjang. Mereka bisa saja tidak ingat dengan apa yang baru saja diucapkan. Mereka kerap tersesat, tidak bisa mencari jalan pulang.
Pikun merupakan gangguan kognitif yang terjadi pada lansia. Mereka tidak bisa lagi membedakan sesuatu yang normal dan tidak normal, bahkan untuk hal-hal sederhana seperti tahapan mandi.
Gangguan Depresi pada Lansia
Gangguan depresi semakin berat bagi lansia yang pasangannya sudah meningggal dunia. Gangguan tersebut berupa emosi yang buruk, perasaan sedih, dan perasaan tak lagi optimis. Perasaan depresi berupa kehampaan, pesimis, khawatir akan masa depan, tidak puas dengan hidup, dan merasa tidak bahagia.
Depresi pada lansia bisa disebabkan kemampuannya yang tak lagi produktif dan kematian yang segera datang. Hal ini juga dipengaruhi oleh gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan penyakit lainnya. Depresi lansia bisa disebabkan oleh sikap anggota keluarganya.
Manula seringkali tidur gelisah, bangun mendadak, dan bangun sebelum waktunya. Atau sebaliknya, mereka tidur dengan berlebihan.
Lansia Mengalami Krisis Kepercayaan Diri
Banyak lansia yang secara fisik menganggap dirinya jelek. Bahkan, mereka enggan bertemu dengan keluarganya. Ada juga lansia yang tidak bergairah bergaul dengan orang lain. Mereka merasa teman yang cocok sudah tidak ada. Lansia tipe ini seringkali menyendiri.
Wajar Lansia Sensitif dan Temperantmental
Lansia seringkali mendadak marah bahkan tidak tahu tempat. Mereka mudah merajuk dan bereaksi berlebihan. Dilansir dari Dosen Psikologi, sensitif merupakan gangguan yang pasti dialami semua lansia.
Mereka mudah sekali menangis dan marah. Namun, mereka juga mudah tertawa. Semakin hari mereka semakin kekanak-kanakan.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Saat Merawat Lansia
Adalah kesempatan berharga bagi seorang anak yang diberi kesempatan merawat orang tuanya. Banyak yang rindu kecerewatan orang tua namun mereka sudah tak lagi ada. Berikut ini beberapa hal kecil tapi cukup berarti bagi lansia.
1. Mengajak Mereka Bicara
Lansia perlu diajak mengobrol karena dengan begitu ia bisa merasa kehadirannya dianggap penting bagi orang lain. Jika masih sulit mengobrol, pancing mereka untuk menceritakan sesuatu, khususnya hal-hal yang mereka sukai.
Contohnya, kejayaan masa muda mereka. Kisah cinta pada pasangan mereka. Atau, keahlian mereka dalam berdagang, menjalankan usaha, menjalani profesi mereka, perjuangan mereka, dan lain-lain.
2. Sudahlah, Biarkan Saja
Siklus alam menjadikan lansia begitu sensitif dan keras kepala. Pada beberapa orang, memberi nasihat malah membuat semuanya semakin salah.
Jadi, sudah biarkan saja apa yang ingin mereka lakukan. Sudah dengarkan saja sepedas-pedasnya, semenyebalkannya mereka mengomel.
Saat kita hendak ikut marah, tarif nafas, istigfar bagi yang muslim, sadar bahwa ini adalah ujian bagi kita. Sadari bahwa sikap lansia mungkin tidak mereka kehendaki, tapi bawaan dari siklus hormon dan perkembangan mental mereka.
3. Temani Melakukan Apa yang Mereka Suka
Perhatikan apa yang mereka sukai. Misalnya, jalan-jalan keliling kampung, memasak, pergi belanja sayur-mayur, atau berkebun. Ini akan membuat kondisi mental mereka lebih baik. Lansia merasa bahagia saat diperhatikan oleh anak-anaknya.
4. Perhatikan Pola Makan Mereka
Lansia perlu asupan kalori dan nutrisi khusus yang berbeda dengan orang muda. Perhatikan juga penyakit apa yang diidap manula tersebut.
Ajak mereka makan bersama agar makin semangat melahap menu sehat. Mereka akan lebih senang jika makanan tersebut dimasak oleh anak-anaknya.
5. Memahami Bahwa Mereka Orang yang Lelah
Mereka adalah orang yang lelah dan memasuki usia yang mudah lelah. Mereka lelah karena bertahun-tahun menghabiskan masa berjuang untuk kehidupan anak-anaknya. Mereka tidak hanya lelah karena menghabiskan tenaga tetapi juga hati dan pikiran. Mudah-mudahan dengan dasar pemikiran ini kita bisa lebih sabar menghadapi orang yang lanjut usia.
Sumber gambar: https://i.startsatsixty.com.au/