Saat tertimpa masalah kadang kita cuek saja dan berusaha
menutupinya, tidak jujur pada diri sendiri. Tanpa sadar, masalah itu sebenarnya
jadi trauma bagi psikis kita. Tanpa sadar, kita merasa baik-baik saja, merasa sehat-sehat
saja karena secara fisik iya. Tanpa sadar, tingkah kita sudah bukan diri kita
lagi, bahkan menganggu orang lain.
Bagaimana jika ada orang yang menyarankan kita pergi ke
psikolog? Mungkin kita berpikir orang itu berlebihan. Mungkin kita tidak terima
seolah-olah dianggap gila. Tapi, harus dicoba kalau kita mengalami tanda perlu
ke psikolog ini.
Baru Mengalami
Kejadian Traumatis
Gangguan psikologi akan muncul setelah kita mengalami
kejadian traumatis. Contohnya, bercerai, kehilangan orang yang disayang,
dipecat, bangkrut, terkena bencana alam, dan lain-lain.
Pada kejadian traumatis seperti kekerasan seksual, KDRT,
kekerasan pada anak, dan sejenisnya, gangguan psikologis dapat muncul lagi
setelah bertahun-tahun.
Dilansir dari liputan6.com, Harold Blommfield, M.D. dalam
majalah Medical Self-Cara mengungkapkan, jika kita mengalami keadaan betikut
ini berarti perlu bantuan psikolog.
- Terjebak dalam konflik pribadi yang sangat
sengit.
- Hampir selalu merasa tidak nyaman dengan diri
sendiri.
- Terus-menerus merasa tersiksa, hilang kendali,
dan selalu tegang.
- Merasa sudah berusaha keras tapi tetap tidak
bisa menyelesaikan masalah pribadi.
- Semakin merasa kesepian secara emosional.
- Semakin merasa terasing secara sosial.
- Mengalami krisis emosional.
Menganggu Aktivitas
Sehari-Hari
Perhatikan, apakah setelah mendapat masalah, produktivitas
kerja kita jadi berkurang. Apakah kita tidak lagi berkonsentrasi saat kuliah.
Apakah kita tidak bisa lagi fokus bekerja. Apakah kita diserang rasa putus asa
dan cemas berlebihan.
Reaksi Emosi dan
Fisik
Jika kita sering menangis dan marah-marah itu tandanya kita
sudah terganggu. Reaksi fisik lainnya seperti susah tidur, tidak nafsu makan,
atau sebaliknya malah ingin makan terus, sakit kepala, sakit perut. Semua itu
muncul tanpa tahu sebabnya.
Ada juga yang reaksinya mondar-mandir dan sering menatap
kosong. Depresi ditandai dengan perasaan sedih atau kekosongan yang mendalam.
Tidak Ingin Bertemu
Orang Lain
Hati-hati jika sebuah masalah membuat kita tidak lagi ingin
bertemu orang lain. Kita hanya ingin menyendiri. Orang yang depresi biasanya
malas beraktivitas sosial, malas beremu orang lain. Mereka juga sering merasa
tidak nyaman bicara terlalu banyak dengan orang lain dan sulit berkonsentrasi.
Tidak Bisa Komunikasi
dengan Baik Lagi
Kita memang merasa baik-baik saja. Namun, orang-orang di
sekitar kita melihat bahwa kita sudah berubah. Kita tak bisa lagi berkomunikasi
dengan baik, sedangkan orang di sekitar kita tak tahu apa masalah kita.
Pertengkaran demi pertengkaran pun tersulut. Hubungan kita dengan orang lain
semakin merenggang.
Menganggap Diri
Negatif
Kita perlu ke psikolog jika merasa diri kita tidak berharga
lagi. Ini sama halnya dengan kita merasa tidak punya siapa-siapa lagi saat
kehilangan orang yang disayang.
Lari pada Hal-Hal
yang Merusak
Kita perlu ditolong psikolog jika sudah lari pada hal-hal
yang merusak. Misalnya, banyak merokok, minum alkohol, dan obat terlarang.
Pelarian ini bisa juga pada pornografi, judi, dan belanja sebanyak-banyaknya.
Semua itu bisa merusak fisik, psikis, dan kondisi keuangan
kita. Bukannya menyelesaikan masalah, malah menambah masalah-masalah baru.
Supaya tidak bertambah parah, kita perlu pergi ke psikolog.
Berlangsung dalam
Waktu yang Lama
Para psikolog baru bisa menetapkan seseorang mengalami
depresi jika gejala-gejala diagnosisnya berlangsung lebih dari dua minggu.
Depresi yang tidak diobat dengan tepat bisa berlangsung lebih lama lagi.
Trauma Terpendam
Akhirnya Meledak Juga
Mungkin kita merasa sudah berhasil melewatinya dengan
memendamnya dan berhasil melupakannya. Namun, ternyata, trauma psikologis tidak
tenggelam begitu saja dimakan waktu.
Trauma yang terpendam bakal menghantui kehidupan kita. Trauma tersebut
juga suatu saat bisa meledak.
Siapapun Tidak Bisa
Menyelesaikan Masalah
Kita perlu pergi ke psikolog jika merasa sudah melakukan
semua cara tapi gangguan psikologis itu tidak hilang. Contohnya, kita sudah
meningkatkan ibadah, bercerita pada orang orang terdekat, dan pergi berlibur
tapi gangguan itu tetap ada.
Bahkan, keluarga dan sahabat sudah tidak bisa menolong.
Malah, mereka mulai lelah dengan keluh kesah kita. Saat orang terdekat kita
mulai menghindari sebuah topik itu artinya mereka angkat tangan dengan keluhan
kita.
Yah, harap maklum
karena toleransi setiap orang berbeda. Mereka pun belum tentu memiliki
kesehatan mental yang baik. Setiap orang punya masalahnya masing-masing.
Kenapa Pergi ke
Psikolog Itu Pilihan Tepat?
Jika sudah tahu kita mengalami tanda perlu pergi ke psikolog
tersebut, segera pergi konsultasi. Mendatangi psikolog bukan berarti kita gila.
Seperti sakit fisik, sakit psikis kan ada levelnya dan semuanya bisa ditangani
dengan baik jika kita berobat ke ahlinya.
Seperti kita merasa mengalami gejala sakit ginjal. Untuk
memastikan dan mencegahnya, kita perlu pergi ke dokter kan…. Sama halnya dengan
kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu diperhatikan.
Jangan juga kaget karena hasilnya hanya seperti curhat. Kalau
cuma curhat kita memang bisa saja bicara pada pasangan, sahabat, atau keluarga
dekat.
Namun, pandangan orang awam terkontaminasi dengan
nilai-nilai yang mereka anut. Pandangan mereka juga berdasarkan dari sosok
ideal apa yang mereka harapkan dari kita. Karena itu, mereka bisa saja memberi
saran yang salah. Atau, bahkan memberi komentar buruk yang membuat kita semakin
terpuruk.
Psikolog memang dididik untuk mendengarkan kliennya. Mereka
diajarkan bersikap netral. Dari situ mereka bisa menggali akar masalah yang
kita alami dari ilmu pengetahuan yang sudah mereka pelajari. Setelah menemukan
akar masalahnya, psikolog akan mengajari kita cara terbaik untuk mengatasi
gangguan psikologis.
Psikolog bisa memberi kita obat-obatan, terapi, atau
menyarankan relaksasi. Mereka akan memberi kita banyak pilihan solusi dan
menyarankan mana yang terbaik. Kita bebas memilih solusi mana yang tepat dan
nyaman bagi kita.
Saat Harus Merelakan
dan Melepaskan
Tidak semua masalah bisa diatasi. Kita perlu berbesar hati
jika ada masalah yang tidak bisa lagi diperbaiki. Psikolog akan mengajarkan kita
untuk menerima apa-apa yang tidak dapat diubah.
Dikutip dari Kompas.com, Dr. Kusumawardhani, SpKJ (K) dari
Universitas Indonesia mengungkapkan, agar terhindar dari stres, manusia perlu
mengontol dirinya sendiri dengan memilih mana yang bisa diusahakan, mana yang
seharusnya dilepaskan saja. Ia menambahkan, manusia harus bisa menerima dengan
ikhlas sesuatu yang tak bisa dikendalikan manusia. Jika sudah bisa ikhlas, kita
akan bebas dari stress.
Haruskah Dirawat
Inap?
Seperti masalah fisik, masalah psikis tingkat tertentu perlu
ditangani dengan rawat inap. Kapan kita harus dirawat inap? Intinya, jika kita
sudah membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Membahayakan diri sendiri misalnya sampai melukai diri
sendiri atau bahkan ada keinginan bunuh diri yang kuat. Membahayakan orang lain
berarti kita bisa melukai orang lain.
Tak perlu ragu pergi ke psikolog sebelum semuanya makin parah.
Kalau kata orang tua dulu, lebih baik mencegah daripada mengobati.