Banyak orang tua yang melarang anaknya mencorat coret. Biasanya, karena alasan kertas dan pensil berantakan, atau malah mencorat coret dinding. Meski begitu, para ahli menyarankan orang tua tidak melarang anak corat coret. Ini karena ada banyak manfaat corat coret untuk anak.
Kenapa Anak-Anak Suka Corat Coret?
Masa kanak-kanak penuh dengan rasa ingin tahu dan imajinasi. Aktivitas corat coret menjadi sarana untuk mengekspresikan dirinya.
Saat mencorat-coret, anak bereksperimen, yaitu dengan menyentuh permukaan alas tempat mereka menggoreskan pensil. Mereka merasakan sensasi perbedaan media tempat corat coret.
Ketika mencoret pada permukaan yang berbeda, mereka melihat hasil dari sebab-akibatnya. Anak-anak akan mengamati hasil percobaan tersebut. Hal ini menimbulkan sensasi yang menyenangkan bagi anak sehingga membuatnya semakin ekspersif ketika mencoret.
Perkembang Corat Coret Anak
Dilansir dari Detik.com, anak berusia 2,5 tahun suka corat coret karena merasakan kenikmatan kinestetik. Mereka senang dengan gerakan dan tanda yang dibuatnya.
Saat berumur 2,5 sampai 3 tahun, anak memakai gerakan pergelangan tanggannya. Pada masa ini, anak belajar mengontrol coretan dan membuat gambar yang kecil. Umumnya, mereka sudah membuat gambar di tembok yang belum bisa dipahami orang lain.
Ketika umurnya sudah beranjak ke usia 3 – 4,5 tahun, anak belajar menggunakan jarinya untuk memegang pensil warna. Mereka sudah bisa membuat gambar yang lebih mudah dipahami. Anak usia tersebut juga sudah punya cerita di balik gambar buatannya.
Pada umur 4,5 – 7 tahun, anak sudah bisa membuat bermacam pola garis seperti spiral dan angka. Mereka juga sudah bisa membentuk sesuatu hampir sama dengan objek aslinya. Mereka juga mulai belajar mengekspreasikan sesuatu lewat gambarnya.
Manfaat Corat Coret untuk Perkembangan Motorik Anak
Saat corat coret, anak berlatih memegang pensil warna dan menggerakkan pergelangan tangannya. Selain itu, mereka juga berlatih mengkoordinasikan tangan dan mata.
Ketika itu lah anak berlatih mengendalikan gerak tubuhnya seperti gerakan tangan, bahu, tungkai lengan, dan jemari. Gerakan tersebut berpadu dengan gerakan mata.
Corat Coret untuk Latihan Menulis
Corat coret adalah tahap awal dalam melatih anak menulis. Pada setiap tahap usia, anak mencapai tingkat kematangan intelektual yang berbeda. Ini bisa dilihat dari perkembangan gambar yang dibuatnya, dimulai dari garis titik, lurus, hingga berbagai bentuk.
Dilansir dari AyahBunda, kalau kita perhatikan, ada beberapa di antara coretan anak yang bentuknya mirip huruf. Hal inilah yang membuat kegiatan corat coret cukup penting untuk mempersiapkan anak belajar menulis.
Corat Coret Melatih Bakat Seni Anak
Saat corat coret atau menggambar, anak belajar mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya. Ia belajar menggambar benda atau orang yang sudah dikenal atau belum dikenalnya. Pada proses ini ia belajar memadukan warna sehingga terbentuk sebuah karya seni anak.
Akibat Orang Tua Melarang Anak Corat Coret
Dengan melarang anak corat coret, orang tua bisa menghambat kreativitas anak dalam mengekspresikan dirinya. Memarahi begitu saja kurang tepat karena anak jadi tidak tahu apa yang salah dan seperti apa yang benar.
Orang tua tidak perlu melarang anak corat coret namun perlu mengarahkan di mana tempat yang boleh dan mana yang tidak. Orang tua juga bisa mengarahkan anak agar tidak corat coret di rumah orang lain.
Cara Mengarahkan Anak Corat Coret
Agak repot juga kalau dinding, taplak meja, cermin, dan perabot jadi kotor karena dicoret oleh anak. Apalagi, kalau sampai terjadi di rumah orang lain. Sebenarnya hal ini bisa dihindari dengan mengarahkan anak.
Pertama, beritahu anak mana tempat yang boleh untuk mencoret, mana yang tidak. Memang, memberitahunya tidak bisa dengan satu kali saja. Anak perlu diberitahu berulang-ulang.
Kedua, beri pujian jika anak bisa melakukan arahan orang tua denga benar. Misalnya, ketika ia corat coret di kertas saja, bukan di dinding.
Ketiga, beri tempat atau bidang khusus untuk anak mencorat coret. Coba beri anak buku gambar khusus. Bila perlu, berikan ia dinding khusus corat-coret. Kalau tidak mau mengecat ulang nantinya, lapisi dinding dengan kertas putih.
Barikan juga sarana dan prasana corat coret seperti pensil warna. Perhatikan jenis pensil warna apa yang cocok sesuai dengan usia anak. Dikutip dari Nova, psikolog, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar,Dipl-Psych, mengungkapkan anak perlu melihat sarana dan prasananya dulu baru keinginan cora coret bisa timbul.
Keempat, libatkan anak saat membersihkan dinding. Berikan ia lap basah untuk membersihkan coretannya. Pada saat ini, orang tua bisa memberi pengertian kepada anak, bahwa untuk menjaga tembok tetap bersih perlu waktu dan tenaga.
Apresiasi Hasil Corat Coret Anak
Beri pujian terhadap hasil coretannya meskipun masih berupa benang kusut. Kalau perlu, kumpulkan coretan itu, tempel di dinding, dan minta ia bercerita tentang coretan tersebut. Berilah komentar positif setelah ia selesai bercerita.
Apresiasi juga bisa ditunjukkan dengan menempelkan hasil gambar anak. Isalnya di kulkas, di lemari baju, atau di ruang tengah tempat keluarga berkumpul. Bisa juga dengan membingkar karya-karya anak.
Hindari Menyalahkan Pendapat Anak tentang Gambarnya
Saat menggambar, anak juga belajar berbahasa. Ia dapat memberitahu dengan gamblang objek apa yang sedang digambarnya. Bisa saja bentuk lingkaran disebutnya sebagai kucing. Bisa juga, bentuk lingkaran yang hampir samap disebutnya sebagai Ayah dan Bunda.
Hindari menyangkal pendapat anak tentang gambarnya. Mematahkan pendapat anak tersebut dapat menghambat kreativitasnya.
Temani Anak Menggambar
Anak pasti akan senang jika orang tua menemani aktivitas yang disukainya. Luangkan waktu 1 – 2 jam setiap minggu untuk mendampingi anak menggambar.
Hal ini akan mengembangkan bakat seni anak, memberi ruang bagi kreativitasnya, dan mengajarkannya berani mengekspresikan diri. Sambil menyelam minum air, orang tua juga bisa mengajari anak tentang warna saat mendampinginya menggambar.
Teknik Menemani Anak Menggambar
Orang tua menjadi teladan anak dalam menggambar. Namun, bukan berarti orang tua bisa mendikte apa yang harus Digambar anak. Cukup dengan tunjukkan bahwa orang tua juga senang dan menyukai kegiatan menggambar serta mewarnai. Ini akan meningkatkan kedekatan dan emosi anak dengan orang tua.
Hindari bertanya, “Gambar apa itu?”. Ini bisa membuat anak merasa gagal dengan gambarnya karena tidak dimengerti. Sebaiknya ganti dengan, “Ceritakan dong gambar adek ke Mama.”
Biarkan anak memilih objek apa yang ingin ia gambar. Jika anak sedang menggunakan buku mewarnai, biarkan ia memilih lembar mana yang ingin diwarnai.
Orang tua juga bisa memperhatikan apakah anak memiliki bakat menggambar. Cirinya ialah, akan bisa melakukan aktivitas tersebut dengan baik, ia begitu menyukainya, dan melakukannya secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuannya. Apakah ia amat girang saat diberi kanvas atau cat air?
Namun, terlepas dari soal bakat, corat coret dan menggambar memberi dampak positif terhadap perkembangan anak. Kalau sudah begini, akan lebih mudah bagi orang tua membiarkan anaknya mencorat-coret.
****